Mengapa setiap orang tidak ada puasnya?
Mungkin tidak dikatakan puas. Mungkin dia tidak mampu menggapai mimpi dan angannya. Dia yang telah memiih salah satu jalan dan berharap jalan menuju mimpi itu menjadi lebih dekat. Saat masuk, mimpi terlihat jauh dan tidak ada ujung untuk menggapai mimpinya. Entah karena memang tidak ada tempat dan kesempatan atau dia tidak melihat kesempatan. Dia sendiri semakin kabur. Saat pertama, dia mencoba untuk keluar dari zona. Ada tekanan besar yang menghalangi dia untuk mengejar mimpi. Ada batu besar yang tidak mungkin dia tembus. Ada penghalang memanjang yang sulit untuk diterobos.
KEtika dia mendekati ujung jalan, dia melihat jalan untuk keluar. Jalan untuk menggapai mimpi. Mimpi yang dipendam selama sekian lama. Tapi batu penghalang tiba-tiba menumpuk semakin tinggi. Pagar duri semakin panjang. Ketika dia tiba di ujung jalan, seakan mimpi itu sangat dekat. Putus asa dan membisu untuk sekian lama.
Ketika yang tersisa hanya air mata, hanya bisa menahan tangis di malam gelap tanpa bulan dan bintang di hatinya. Ketika orang menganggap bahwa jalan keluar itu adalah jalan untuk awal yang bahagisa, dia mengatakan itu tidak benar. ITu awal pintu keterpurukan dan bukti bahwa dia lemah. Bukti bahwa dia tidak mampu mengendalikan dirinya sendiri untuk menerima atau mengubah dirinya sendiri.
Mimpi yang dia jaga sekian lama menjadi buram dan seolah berubah menjadi hal yang membingungkan. Apakah itu mimpi atau sekedar penghibur hati yang sedah gundah saja. Apakah itu benar keinginan dalam hati atau hanya sekedar menutupi diri dari kenyataan. Mimpi itu berubah menjadi duri yang sangat menyakitkan.
Apakah aku masih harus mempercayai Tuhan? Kata orang Tuhan ada di sampingnya. Mengapa Tuhan yang dia sebut ketika dia senang,tidak datang ketika dia dalam keterpurukan. Di mana Tuhanku?
Kau tunjukkan jalan ini kepadanya. Jelaskan mengapa Kau tunjukkan jalan ini. Penjelasan yang tidak akan dia temukan langsung dan dapatkan tiba-tiba. Mungkin butuh waktu seumur hidupnya untuk mengetahui maksud Tuhan. Sampai akhir hayat, mungkin dia tidak mendapatkan apa-apa kecuali penyesalan dalam hidupnya kalau dia hanya duduk diam.
Aku tidak mau seperti dia menjadikan mimpi itu menjadi hanya benteng menutup telinga dari hingar bingar kenyataan yang ada. Aku hanya mau bebas menyampaikan isi hati dan kepala. Tidak lebih dari itu. Di mana aku bisa mendapatkan tempat seperti itu Tuhan? Sekarang aku di ujung jalan, tunjukkan jalanMu padaku. Bukankah aku selalu meminta dalam doaku, TUnjukkan kami jalan yang lurus bukan jalan yang Engkau murkai.
Apa belum mampu memandang apa pun. Aku buta akan mimpi yang rasanya tidak pernah terwujud. Ingin rasanya kalau penyakit ini menggerogoti sampai aku mati dan membuktikan kepada mereka bahwa aku masih ada di dunia. Karena ketika kehilangan itu berarti sebelumnya kita ada. Ketika tidak ada pun yang hilang, maka itu sebenarnya tidak ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar