Detik terus bergerak dari timur ke barat seiring detakan jantungku di malam sunyi ini. ya, waktu terus berjalan walaupun kita terus mencoba untuk melangkah lebih pelan. Waktu yang tidak pernah berhenti memperingatkan kita akan tiap akibat tindakan kita di masa lalu.
Jika ada yang bertanya, apakah yang tidak pernah kembali?
Jawabannya adalah waktu.
Lalu apakah yang tidak pernah kita lampaui walau kita ingin kejar secapat mungkin?
Jawabanya adalah waktu
Lalu apakah hal yang ingin kita lewati namun tetap saja hal itu kita lewati?
Jawabannya adalah waktu.
Lalu apakah kita mampu mengendalikan waktu atau waktu yang mengendalikan kita?
Jawabannya adalah . . .
Ini memang tentang waktu. Cerita yang sangat basi dibicarakan orang di masyarakat, sekolah, dan kantor bahwa waktu itu penting. Namun, kadang kita lengah akan adanya waktu. Sekarang berapa jam kita habiskan untuk belajar, bekerja, tidur, membantu orang lain. Rasanya tidak pantas saya menceramahi teman-teman saya tentang waktu melalui blog ini.
Ada satu hal yang terbesit dalam pikiran saya tentang waktu terkait dengan pertanyaan di atas bahwa waktu tidak akan kembali. Kita akan merasa bahwa waktu kita itu berharga ketika kehilangan waktu. Setelah kehilangan kita akan merasa bahwa itulah harta yang paling berharga saat ini. Entah mengapa mata ini tak mampu menahan bendungan air mata yang secara tidak sadar menetes menuju relung hati yang terdalam. Jikalau kita mengingat masa lalu, rasanya ingin saya putar kembali masa itu. Namun, saya terlalu egois, kadang kita ingin mengulang rasa senang tetapi ingin pula memperbaiki masa lalu yang penuh kesedihan. Memang manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan paling egois tetapi Tuhan tetap saja menciptakan manusia.
Waktu, bukannya dia yang cepat berlalu tetapi kitalah yang selalu me-lalu-kannya. Saya lah yang melupakannya, mencoba untuk tidak memikirkan waktu. Saya hanya mencoba menghilangkan kesedihan dengan menyibukkan diri untuk hal yang saya sendiri tidak mengerti apa tujuannya. Hidup sesuai arus sungai tidaklah menyenangkan sebenarnya tetapi apalah yang dapat diperbuat. Keputusasaan menerkam jiwa dan raga. Tubuh ini terasa lunglai untuk berjalan apalagi berlari. Otak ini sudah di ambang stagnan tidak mau berpikir. Namun, hati ini tetap menahan tangis.
Kadang kita tidak mampu melupakan kejadian buruk dalam hidup, Dan itu lah yang terjadi pada saya. Kita tak mampu melewati jalan ini. Ketika kita sudah berjalan dengan tenang di hari ini, waktu yang lalu tetap menghantui. Sangat tidak mungkin bagi kita untuk segera mengaginlalukan masa lalu. Rengkuhan masa lalu ingin segera kita raih dan gantikan seperti yang kita inginkan. Namun, mulut ini seakan dikunci kala itu. tangan ini tidak sanggup menggapai bintang, kaki ini tak sanggup sampai ke puncak.
Ya, kita tahu waktu layaknya spion motor yang hanya dilihat sekali-kali agar kita tetap waspada. Namun, itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Andai mulut ini mampu mengungkapkan, andai mata ini mampu menahan, andai tangan ingin mampu memberikan. Semua belum ada apa-apanya. Semua sekarang hanyalah ilusi. Sampai waktu yang tidak tentukan.
Setidaknya kita tahu bahwa waktu tidak akan pernah kembali. Memperbaiki waktu sekarang tidak ada gunanya sepertinya. Oh I am dying now.
I am just waiting the answer of the owner of time, God.
Apakah aku sebegitu ngerinya sekarang? dan sebegitu desperate?
IYA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar