Kamis, 05 September 2013

Nrima Ing Pandum


Selamat siang semua,bagaimana kabar kalian semua? Semoga baik dan diberkati oleh Tuhan. Aku cuma mau share perasaan aja sih. Layaknya manusia biasa yang penuh borok dalam hatinya, aku berusaha untuk menjadi orang yang lapang dada dalam menghadapi hidup ini. Walau dunia tidak seindah yang kita bayangkan tetapi setidaknya kita mampu membuat seolah-olah kita masuk dalam keindahan. Ada beberapa poin yang aku pelajari selama beberapa tahun hidup di dunia ini. Kalian boleh berkata bahwa ini adalah ungkapan kekesalan dan ekspresi marahku. Walau harus berkata apa pun, memang begitulah kenyataannya.

Pertama, 

Kuote yang sering didengar adalah hasil akan seiring dengan usaha. Semakin keras kita berusaha, maka hasilnya akan baik. Intinya, kita harus bekerja keras untuk meraih mimpi kita. Ketika mendengar kalimat ini aku sedih sekaligus sedih. Sejak kecil sampai SMA aku merasa benar dengan kalimat itu. Tetapi sejak aku di sini, semakin aku tumbuh dewasa, semakiniba aku mengenal teman-teman baru aku merasa desperate pada diri sendiri. Kepercayaan diri tiba-tiba luntur dan menghilang dalam sekejap. Mimpi yang aku tanam dari kecil tiba-tiba pudar. Dengan prinsip kerja keras akan membuahkan hasil yang sepadan. I still believe it.

Namun, kawan, dalam kenyataannya ada kehidupan di mana tanpa bekerja keras pun (santai dan sepertinya tidak terlalu excited), hasilnya lebih baik dari yang bekerja keras. Hidup itu rasannya tidak adil. Apa itu cuma rasa iri terhadap orang lain saja?

Kalimat singkatnya adalah kita merasa kita sudah berusaha sekuat mungkin, hasilnya tidak lebih dari teman kita yang kelihatannya tidak sekeras kita bekerja. Ada yang salah?

OK, berdasarkan pengalaman pribadi, berkali-kali aku mengalaminya. Lalu? Yasudah, itu kan hasil penilaian orang lain. Lalu apa yang harus aku lakukan?

1. Lihat diri kita sendiri, apakah aku benar sudah berusaha sekuat yang kita mampu. Apakah aku masih santai dan berleha-leha seolah-olah aku berusaha keras padahal hanya menutupi kesantaian kita? Yah, intinya benar tidak kalau kita benar bekerja keras? Kalau menurut orang lain itu biasa saja dan menurut kamu sudah kerja keras, ya, kalau dnegerin orang terus kita tidak akan berhenti. Ya, percaya pada diri sendiri sajalah.

2. Bangga pada hasil sendiri. Kalau kalian sadar proses mendapatkan hasil itu sudah dilakukan secara baik atau tidak, usaha paling akhir untuk memuaskan diri kita adalah banggalah dengan diri sendiri. Banggalah pada apa yang sudah kamu lakukan. Ya untuk ukuranku, aku pasti merasa kalau belum menjadi terbaik, maka itu belum patut untuk dibanggakan. Tapi, ingat ini sudah menjadi keputusan final. Lalu? disesali. Ya, minimal untuk pengalaman ke depan saja. Banggalah untuk saat ini. Tersenyumlah atas hasil sendiri untuk hari ini.

3. Ya udahlah, kalau ternyata orang lain lebih baik, maka memang dia yang terbaik (walau kita merasa, keknya dia santai banget dalam berproses). Itu kan persepsi kita. Menurut dia, dia sudah bekerja keras kan? Dia pun tidak akan mendengarkan orang lain. Sama saja, mendengarkan orang lain bicara, akan sama saja. Sebaik apapun kita melakukan sesuatu akan tetap dianggap kurang baik. SO?

4. Jangan cuma keras Bro! Kerja itu perlu kecerdasan. Kamu mungkin sudah bekerja kerasa, sekuat, setekun mungkin dulu. Sekarang zaman semakin maju. Kalau hanya sekedar keras aja tidak cukup. Oleh karena itu, ingat. Kerja itu ada tiga, kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas.

5. Pasrah. Aku benci kata ini sebenarnya. Yah, biasa orang Jawa. Nrima ing Pandum. (opo artine kuwi). Haha

Kedua, masalah yang muncul adalah orang kok terlalu nrima sih ya. Jujur, aku bukan tipikal orang yang menerima begitu saja. Tapi kenapa orang lain berkilah. "Hey Win, fokusmu tuh jangan itu mulu, lihat yang lain coba. Mereka juga sama kayak kamu. Ada banyak hal lain bisa dipikirkan, Win. Fokusmu kok itu2 aja, sih?" 

Oke, aku sudah mencoba untuk mengalihkan fokus pada masalah lain. Harusnya gini sih, dunia ini luas, kenapa kita harus fokus pada kegagalan saja padahal masih ada hal lain yang bisa dijadikan fokus. Dengar, tante, saya sudah mencoba menari hal lain tetapi tidak ada yang bisa mengalihkan fokus itu dari pandangan mataku. Mungkin kamu sudah cukup bilang, "Yaudah, sih, kayak gak ada yang dipikirin lagi?"

Antar menerima dan menolak. Aku terima kalimat itu, tapi tetap saja aku tidak bisa menerima begitu saja. Ada alasan aku untuk mengalihkan fokus. Fokus lingkungan? Fokus masyarakatnya? EHmm, bisa bisa. Hmm, Bentar aku berpikir dahulu. Tapi ada fokus lain yang ingin aku lakukan. OK? Bentar ya aku mikir dulu. Dua hari akan aku jawab. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar