Senin, 02 Desember 2013

Hujan dan Angin pun Bermimpi

Mungkin aku tidak seberuntung teman yang lain atau aku tidak mencoba hal yang lebih berani daripada teman yang lain atau Tuhan sedang mempermudah jalannya. Namun, satu hal yang pasti dan aku akui bahwa aku tidak berani mencoba hal yang teman lain lakukan yaitu mencari pekerjaan dan pengalaman setelah kelulusan kami. Aku bukanlah orang yang tidak mudah mencoba untuk melakukan hal tertentu. Apa pun akan aku lakukan. 

Saya
Ada teman yang mendapatkan pengalaman bertemu teman dan kawan asing dan baru. Mereka rapat, melakukan kerja sama tim, dan bercengkerama mungkin tapi saya tidak tahu mengapa saya memilih jalan yang lain daripada biasanya, tidak ikut magang atau mencari pekerjaan. Saya juga belajar, membaca, dan berbicara. Inilah yang ingin saya lakukan membuat mulut ini agar tetap tidak diam kalau kita bekerja pada orang lain. Saya ingin membiasakan mulut dan otak bekerja dengan kecepatan yang sama saat ini. Ada orang yang menganggap ini bodoh, tapi bekerja itu adalah hal yang mudah dilakukan, apalagi jika bekerja dengan kekuatan oto dan sedikit otak. Saya sekarang hanya ingin berpikir dahulu dan mencoba mendiamkan diri apakah semua yang saya lakukan akan bermanfaat kelak. Orang lain akan mencemoohkan saya dan bilang saya bodoh. Lalu apa yang harus saya jawab. Saya suka kebebasan.

Saya suka ketika angin bertiup dengan lembut tanpa harus bertanya kepada bunga apakah aku perlu membantumu sekarang menyebarkan benih-benih. Saya suka ketika angin bertiup dengan kencang tanpa bertanya pada pohon apakah kamu siap aku tumbangkan. Saya cinta ketika hujan turun dengan lembut tanpa bertanya kepada tanah apakah kamu siap aku basahi. Saya cinta ketika hujan turun dengan deras ke bumi tanpa bertanya kepada laut dan sungai apakah kamu siap menampung nikmat Tuhan yang berlebih kepadamu. 

Ketika semua berjalan sesuai kehendaknya, cukup kata Alhamdulilah yang terurai dalam ingatan, mulut, dan hati. Ketika angin bertiup sesuai kehendak hati sang Kuasa dan ketika hujan turun sesuai ketetapan Zat yang menciptkannya. Apakah pernah sang angin dan sang hujan merengek dan menyesal melakukan apa yang seharusnya dia lakukan? Sesungguhnya saya lah manusia paling bodoh di dunia karena tak mampu membaca dan menikmati kehendak sang Khalik. Saya yang hanya menggerutu dalam kerja, menangis dalam tidur, dan meronta sat berpikir. Saya dan teman saya diciptkan untuk membuat mahluk yang lain merasa hadir di dunia dan berguna bagi yang lain. Kami diciptakan dengan nasih dan tujuan yang berbeda-beda. Harusnya saya tahu bahwa saya tidak mampu membahagiakan orang tua saya saat ini layaknya teman yang lain dengan cara mereka sendiri. Namun, saya sadar bahwa di sini dengan mantap mempunyai tujuan, yaitu terus berusaha untuk berpikir. 

Iri, dengki, dan dendam adalah tabiat manusia yang tidak dapat dihindari. Namun, hal yang terpenting adalah bagaimana memanfaatka semua rasa itu sehingga menjadi cambuk bagi saya untuk terus memperbaiki diri dengan cara apapun. Harta bisa menjadi ukuran kehidupan tetapi pengalaman adalah harta yang tidak dapat dihitung dengan emas mana pun. Saya haya berharap kepada Tuhan untuk dimudahkan pada saya untuk mendapatkan pengalaman yang tak terduga,yang belum pernah saya alami, dan tak mudah untuk diselesaikan layaknya laut yang yang tidak akan pernah tahu kalau dirinya mampu menggoyahkan dunia dengan serbuan ombaknya, layaknya angin yang tidak pernah tahu kapan petir akan membantunya memporak-porandakan isi bumi, dan layaknya matahari yang tidak tahu kapan akan berhenti menyinari semesta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar